Lisan
Allisanu kassaip/
bahaya lisan/ lisan seperti pedang
Hari
ini saya akan mebahas tema tentang bagian tubuh yang paling banyak digunakan
dalam keseharian kita yaitu lisan. Sesungguhnya Allah telah memberikan nikamat
yang begitu banyak salah satunya nikmat berbicara dengan lisan. Sebagaimana
firman Allah di surat Ar-rahman ayat 4 alamahul bayaan : mengajarnya pandai
berbicara.
Pencipataan
dan pengajaran berbicara benarbenar merupakan kekuasaan Allah yang besar
LIDAH
/ LISAN
Meski
lidah merupakan nikmat yang besar, namun kita perlu mengetahui, bahwasanya
lidah yang berfungsi untuk berbicara ini seperti senjata bermata dua. Yaitu
dapat digunakan untuk taat kepada Allah, dan juga dapat digunakan untuk
memperturutkan setan.
Jika
seorang hamba mempergunakan lidahnya untuk membaca Al-Qur`ân, berdzikir, berdoa
kepada Allah, untuk amar ma'ruf, nahi munkar, atau untuk lainnya yang berupa
ketaatan kepada Allah, maka inilah yang dituntut dari seorang mukmin, dan ini
merupakan perwujudan syukur kepada Allah terhadap nikmat lidah. Sebaliknya jika
lidah ini digunakan untuk ghibah membicarakan hal-hal yang belum pasti
kebenarannya, suka nya mengadu domba sesungguhnya inilah bahaya lisan yang akan
membawa pelakunya pada kerusakan. Seringkali kita melihat orang-orang yang
disibukkan hari harinya dengan membicarakan orang lain, ketika oranglain punya
mobil baru…punya rumah baru, org lain bisa keliling eropa bahkan orglain bisa
naik haji, cepet-cepet bikin kongres sama tetangga2 untuk mengghibah
Dan Faktanya
diluar sana sering kita dengar bahwa
banyaknya tindakan pembunuhan,pemerkosaan atau tindakan kejam sejenisnya
disebabkan karena sakit hati dengan perkataan yg dilontarkan seseorang kepada
orang lain.
Seperti
firman Allah di surat al humazah ayat 1
Disini
ada bacaan likulli li itu artinya untuk dan kulli itu semuanya menyeluruh, dan
jika bergabung li dan kullu tdk ada lagi pengecualian. Allah mengatakan
waylulikulli artinya kecelakaan,
kebinasaan,kehancuran.siksaan untuk
semua tdk trkecuali. Siapakah yang Allah
ancam ? yaitu untuk dua kelompok.
Humajah : pengumpat, menurut ulama humajah/ pengumpat ini yaitu orang yang
sibuk menceritakan aib oaring lain lisannya dari bangun tidur sampai tidur lagi
dan selalu berusaha bagaiamana menjatuhkan orang lain, menghina orang lain,
mengeluarkan kata-kata yang bisa mendatangkan murkanya Allah , tidak ada
nasihat tidak ada dzikir tidak ad abaca quran, seharusny. seorang mukmin harus
memikirkan semua yang keluar dri lisannya sesuatu emas,yang bernilai, yang
berbobot sehingga tercatat di buku amalnya dan dia harus menjauhi semua kata
kata yang justeru berbahaya bagi dia yang akan membuat orang benci kepadanya
karena kata kata kasar, menghina, menjatuhkan dan Allah murka kepadanya karena
menyalahgunakan lisannya.
Dan
selanjutnya
Lumajah : pencela. Beda antara humajah dan lumajah pada huruf
awalnya humajah menggunakan ha dan lumajah menggunakan huruf lam. Kalau tadi
humajah atau pengumpat itu adalah orang yang sibuk membicarakan orang lain,
menghina, menjatuhkan dengan lisannya maka lumajah adalah orang sibuk
mencontohkan aib orang lain dengan perilakunya. Contoh : temannya pincang ia
contohkan jalannya, temannya cadel dicontohkan gaya bicaranya apa saja
kekurangan fisik yang terlihat dihadapannya ia contohkan atau ia jadikan bahan
bahan olokan. Maka sekali lagi Allah mengatakan waylul likulli, kecelakaan,
kebinasaan,siksaan,lembah di api nerka bagi smua tidak terkecuali untuk dua kelompok
yaitu orang yg sibuk membicarakan oranglain,menghina,mengjatuhkan dan orang
yang suka mencontohkan kekurangan org lain.
(ust.khalid)
Nah itulah
tema tentang lisan, yang hendaklah kita sebagian muslim harus dan wajib menjaga
lisan dari kata kata yang buruk, menceritakan orang lain dan dari kata kata
yang bisa memasukkan kita kedalan naar/nerakanya Allah. Sesungguhnya muslim
yang baik itu muslim yang bisa menjaga tangan dan lisannya serta menjauhkan
diri dari hal yang tidak bermanfaat baginya karena orang yang bsia menjaga
lisannya Allah telah menjanjikan al jannatu hiyal ma’wa ( surgalah tempat
kembalinya) dan sebaliknya.
Penutup
Demikiannlah
tentang bahaya lisan, maka dritu ketika kita telah mengetahui bahaya yang
timbul akibat tidak menjaga lisan, dan kita pun telah mengetahui bagaimana
manisnya buah menjaga lisan, sudah sepantasnya kita selalu berfikir sebelum
kita mengucapkan suatu perkataan. Apakah kiranya perkataan tersebut akan
mendatangkan keridhaan Allah Ta’ala atau bahkan sebaliknya ia
akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. Cukuplah kita selalu
mengingat firman Allah Ta’ala (artinya):
Tiada
suatu ucapan yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir.” (Qaaf: 18).
Juga
firman Allah Ta’ala (artinya):
“Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)
Komentar
Posting Komentar